-->

Jelang penilaian Adipura,Wabup Ambo Dalle Pantau TPA Passippo

PENAINSPIRASI BONE--Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Passippo 
Kecamatan Palakka memprihatinkan. Sampah-sampah yang diangkut 
setiap harinya telah menggunung. Lima hektar lokasi TPA sudah 
tidak mampu lagi menampung debitnya sampah yang diangkut 
setiap harinya. 
Wakil Bupati Bone Drs H Ambo Dalle MM yang datang langsung 
memantau kondisi TPA sangat prihatin. Bahkan ia meminta DPRD 
Bone juga ikut turun tangan. 

"Kalau mau adipura, TPA harus didukung anggaran maksimal. 
Seharusnya pokok pikiran DPRD Bone dialihkan ke sini. 
Sampah-sampah di sini telah menggunung, perlu diratakan dan 
dilakukan penimbunan. Ini butuh anggaran besar," kata Ambo 
Dalle. 

Kalau perlu kata Ambo Dalle, DPRD Bone juga turun langsung 
melihat kondisi TPA. Saat ini, alat berat yang ada hanya 
satu. Itupun hanya excavator, 4 alat Bulldozer tak berfungsi 
karena rusak. "Belum lagi, daya tampung TPA sudah tidak 
memadai dan perlu ada pembangunan talud di samping supaya 
sampah tidak menutupi aliran sungai yang selama ini 
dimanfaatkan oleh masyarakat Passippo," tandasnya.
Dalam pemantauan tersebut, Mantan Ketua DPRD Bone ini 
melibatkan Kabid Jalan dan Jembatan H Jibang agar melakukan 
pehitungan anggaran dalam mengatasi kondisi TPA yang sangat 
memprihatinkan. 

"Segera dilakukan perhitungan terkait kebutuhan anggaran 
pembangunan talud di TPA ini. Ini menjadi tanggungjawab saya 
untuk mencarikan solusi. Nanti saya koordinasikan ke bupati. 
Kalau memang APBD terbatas, kita akan ajukan ke Pemprov," 
tuturnya. 
Idelanya kata Ambo Dalle, sudah saatnya ada pembebasan lahan 
untuk TPA baru. "Saya melihat kondisi TPA kita saat sekarang 
ini sudah luar biasa sampahnya. Kedepan perlu dipikirkan 
lokasi baru," tandasnya. 

Kepala DLH Bone Dray Vibrianto yang turut hadir di lokasi 
tersebut membeberkan bahwa salah satu kendala Bone tak bisa 
meraih adipura karena TPA yang tidak terkelola dengan baik. 
Sampah sampah yang menggunung di TPA seharunya diratakan. 
Setelah itu ditimbun dengan tanah sehingga tidak menimbulkan 
bau. 

"Namun untuk melakukan itu, lagi-lagi DLH terkendala persoalan anggaran. Setiap harinya, jumlah sampah yang masuk ke TPA mencapao 80 ton. Sementara alat berat yang beroperasi 
untuk meratakan sampah itu hanya satu. Itupun hanya alat 
berat excabator," ujarnya. 

Sebenarnya alat berat ada beberapa, namun tak bisa 
difungsikan karena rusak. "Kita memiliki empat alat berat 
Bulldozer, namun tak bisa beroperasi karena bannya semua 
bocor karena menggunakan ban karet bukan yang besi. Kita mau 
lakukan perbaikan, juga terbatas persoalan anggaran," 
tandasnya. 

Belum lagi pada ke tahap penimbunan sampah. Anggarannya tak 
sedikit. "Untuk penimbunan sampah kita butuh sekitar 300 
truch tanah timbunan," harapnya***(ilo)

Berita Terkait

Komentar